NWMESIR. NET - Pengurus Perwakilan Nahdlatul Wathan (PWKNW) Mesir mengadakan Orientasi Studi dan Pengenalan Organisasi (OSPO). Acara ini berlangsung pada tanggal 23 Maret 2022 di Hadiqah Azhar, Kairo. 

Ahmad Izzudin Thantawi, selaku ketua Panitia OSPO menjelaskan bahwa acara ini dilaksanakan dalam rangka memberikan pembekalan kepada mahasiswa baru agar dapat lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan selama berada di Mesir. Acara ini juga dihajatkan sebagai ajang silaturrahmi tahunan antar sesama warga Nahdlatul Wathan yang sedang belajar di Mesir. Tahun ini OSPO sengaja diselenggarakan dengan konsep acara kekeluargaan agar lebih menampilkan nuansa keakraban diantara para mahasiswa.

"Motivasi mengadakan acara ini adalah untuk bersilaturahim dan menyatukan keluarga Nahdlatul Wathan yang berada di Mesir disamping untuk memantapkan langkah kawan-kawan mahasiswa baru sebelum memulai jenjang perkuliahan di Universitas Al-Azhar, Kairo," katanya.

Mengangkat tema "Meneladani Pemikiran & Kiprah Intelektual TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid", panitia mendesain acara ini menjadi 3 sesi. Pertama, sesi Pengantar Studi Islam yang memberikan gambaran umum tentang literatur studi Islam klasik dan kontemporer yang di sampaikan oleh Ustadz Hendro Apriandi, QH. S. Kom. I.

Kedua, sesi pengenalan Organisasi Nahdlatul Wathan & PWK NW Mesir. Sesi ini membahas tentang Nahdlatul Wathan dalam berbagi persfektif. Sesi ini disampaikan oleh Abdul Malik Salim Rahmatullah selaku ketua PWK NW Mesir. 

Pada pertengahan sesi, Malik menekankan pentingnya meneladani figur Maulana Syekh sebagai seorang intelektual yang kritis. 

"Maulana Syekh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid bisa menjadi role model bagi teman-teman mahasiswa baru, sosok beliau sebagai seorang intelektual yang kritis terhadap segala hal merupakan hal penting yang harusnya diteladani oleh teman-teman sebagai Mahasiswa Nahdlatul Wathan" ujarnya.

Ternyata, penyebab kekayaan dan kemajuan pemikiran Maulana Syekh adalah dari kebiasaan beliau yang rajin membaca,” tambah Malik. 

Baginya, kematangan Intelektual inilah yang menjadikan Maulana Syekh sebagai sosok figur yang berpikiran terbuka dan senantiasa kritis menanggapi segala hal.

“Maka, sifat keteladanan Maulana Syekh yang penting untuk dijaga dan dilestarikan adalah ketekunan beliau membangun nalar kritis dengan banyak membaca berbagai literatur,” jelasnya lagi menutup sesi.

Sesi ketiga, adalah materi ke-Azhar-an. Pada sesi ini membahas tentang pengenalan Al Azhar & sistem pembelajarannya. Sesi ini disampaikan oleh tiga pemateri; M. Abdullah Faqih, Riyan Pandega Fardi Utama dan Denunen Bagus Aranda. 

Acara yang berlangsung selama 6 jam ini ditutup dengan sholat Magrib berjamaah & ramah tamah (Rep: Rifky al Farizi).