Berburu Lailah Al-qadr

April 20, 2022

 

Al-Quran memaparkan lailah al-qadr sebagai peristiwa penurunan al-Quran, lebih baik dari seribu bulan, malaikat dan ruh turun, kedamaian sampai fajar. (QS. Al-Qadr [97]: 1-5). Lalu kapankah lailatil qadar itu?

Merujuk deskripsi al-Quran, saat penurunan al-Quran. Bila yang dimaksud penurunan al-Quran, maka lailah al-qadr hanya terjadi di zaman kanjeng Nabi. Peristiwa sejarah. Tak terulang lagi. Namun, Kanjeng Nabi mengisyaratkan, lailah al-qadr bisa terjadi kembali. Isyarat paling kuat adalah sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Persoalannya: bila lailah al-qadr adalah satuan waktu objektif, maka mudah meraihnya. “Pantengi” 10 hari terakhir Ramadhan. Pasti dapat. Sederhana. Masalahnya, bila lailah al-qadr “terjadi” di Indonesia, misalnya, nah bagaimana dengan belahan bumi yang lain, yang mungkin, dari sisi waktu masih siang atau sore hari. Jadi bagi saya, “tafsir” lailah al-qadr ini tak memuaskan.
...
Ta’wil sufistik melihat lailah al-qadr sebagai perlambang. Lailah adalah selubung, lapis luar, kulit Keberadaan. Itulah bentuk (form). Ia adalah “kegelapan” ilusi, maya. Dalam konteks manusia: tubuh dan jiwa.

Al-Qadr adalah (salahsatu maknanya) kemuliaan. Mulia, sesuatu yang tinggi. Tinggi perlambang “dunia atas”. Itulah ruh, “nafas” Ilahi yang dihembuskan-Nya, bersemayam sebagai Aku, Kesadaran Murni manusia.

Jadi, lailah al-qadr sebagai sesuatu yang “subjektif”. Lailah al-qadr itu individu itu sendiri. Moment aletheia, mukashafah, ketersingkapan dialami oleh mereka yang menyiapkan diri secara ruhani. Kesadarannya terbuka menerima Kebenaran. Kenyataan tampil apa adanya di hadapan pribadi (yang) di mana ruh dengan daya-daya ruhaninya (malaikat) berdaulat atas tubuh dan jiwanya. Inilah makna mendapat hidayah, pencerahan ruhani, kedamaian (salam).

Konsekuensinya, meski pun kita mantengi sambil disertai ragam ritus dan lain-lain pada axis waktu yang sama (sepuluh hari terakhir Ramadhan, misalnya), namun tak semua dari kita “menjadi” lailah al-qadr. Tergantung kesiapan ruhani.

Takwil Lailatul Qadr.

Sungguh kami telah menurunkan "nya" pada lailah al-qadr. Apakah lailah al-qadr itu? Lailah al-qadr itu lebih baik dari seribu bulan. (Pada lailatul qadr) Turun malaikat dan ruh dengan izin rabnya untuk mengatur segala urusan. (dalam lailatul qadr ) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Qs. al-Qadr: 1-5)

Tanazzul (penurunan) adalah tajalli, manifestasi, penyingkapan. Apa yg disingkap? "Hu" (nya). Merujuk pada apa "nya" itu? Al-Quran, Kebenaran yang hadir; al Furqan: pembeda Yg Nyata dengan ilusi. Itulah pengetahuan suci, scientia sacra, al-hikmah al-khalidah, sanatana dharma.

Penyingkapan terjadi pada lailah al- Qadr. Lailah, malam adalah hijab, selubung. Sesuatu yang diselubungi: rahasia, menjadi misteri. Misteri adalah aspek esensial dari yang sakral. Yg sakral tersembunyi di balik selubung "malam" ilusi, manifestasi.

Apakah yang sakral itu? Al-Qadr, ketentuan; kemuliaan; kekuatan. Itulah spirit, intelek, ruh, kesadaran murni. Ruh tersembunyi di balik tubuh (corpus, jism) dan jiwa (anima, nafs). Jadi, pengetahuan suci tersingkap dalam misteri ruh (inteleksi). Indra dan rasio tak kuasa mempersepsi Pengetahuan Suci.
Bila ruh terbuka pada pengetahuan suci, maka itulah saat yang lebih baik dari pada seribu bulan, yang bersamaan dengan tersingkapnya malaikat (daya-daya ruhani), dan ruh (segala rahasia, misteri). Penyatuan ruh (kesadaran) dengan pengetahuan (kebenaran) atau tahaqquq melahirkan kedamaian (salam). Itulah jalan menuju pencerahan (fajr).

You Might Also Like

0 comments


Pengurus Perwakilan Nahdlatul Wathan (PWK NW) Mesir adalah organisasi keagamaan sekaligus kemasyarakatan di Mesir yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang beriman dan bertaqwa dan terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin dalam rangka memperoleh ridla Allah di dunia dan akhirat berdasarkan pada "Pokoknya NW, Pokok NW Iman dan Taqwa".

PWK NW MESIR